Tujuan Setan Memperdaya Manusia   

           Dalam penyesatannya terhadap manusia, setan mempunyai tujuan-tujuan dan maksud-maksud tertentu, karena ia tidak melakukan hal itu tanpa tujuan, bahkan ia menunggu hasil upaya yang terus-menerus itu dari penyesatannya terhadap manusia.
      Akan kami sebut tujuan-tujuan ini dalam empat pembahasan berikut:
1. MEMASUKKAN MEREKA KE DALAM NERAKA
          Tujuan setan yang paling utama adalah agar manusia masuk bersamanya ke dalam Neraka Jahanam, sebagaimana Allah ﷻ Berfirman :
اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَـكُمْ عَدُوٌّ فَا تَّخِذُوْهُ عَدُوًّا ۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ. (٦)
“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”(QS. Fatir 35: Ayat 6)
          Karenanya, jika ia adalah musuh bagi kita maka merupakan kewaji ban untuk mengetahui permusuhan ini lalu menjadikannya musuh, sebab ia mengajak yang menaati dan mengikutinya untuk masuk keNeraka dan sejelek-jelek tempat kembali.
Allah ﷻ berfirman:
وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَا لُوْا بَلْ نَـتَّـبِـعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَآءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَا نَ الشَّيْطٰنُ يَدْعُوْهُمْ اِلٰى عَذَا بِ السَّعِيْرِ. (٢١)
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan Allah!” Mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami.” Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (Neraka)?”
(QS. Luqman 31: Ayat 21)
          Dan tidak ada jalan bagi setan agar manusia masuk Neraka ber samanya kecuali apabila mereka kufur terhadap Rabbnya dan me nyembah setan selain-Nya, sebagaimana Allah ﷻ Berfirman :
اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْۤ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَ ۚ اِنَّهٗ لَـكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ (٦٠) وَّاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗ هٰذَا صِرَا طٌ مُّسْتَقِيْمٌ. (٦١)
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,”
“dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 60 – 61)
          Allah ﷻ berfirman kepada manusia pada Hari Kiamat: Bukankah Aku telah mengambil perjanjian denganmu ketika di dunia untuk tidak menyembah setan dan menuruti apa yang diperintahkannya ?! Akan tetapi sembahlah Aku semata, dan sungguh Aku telah menjadikan bagi kalian jalan yang lurus maka ikutilah ia, karena tidak ada kesesatan padanya. Kemudian Dia memberitahukan bahwa setan itu telah memperdaya banyak manusia, maka di manakah akal pikiran kalian yang telah Ku-ciptakan untuk kalian, yang mana dengannya kalian bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya, dan antara petunjuk dan kesesatan.
          Apabila setan telah menjerumuskan manusia ke dalam Neraka pada Hari Kiamat, ia (setan) pun berlepas diri dari mereka sambil berkata:
وَقَا لَ الشَّيْطٰنُ لَـمَّا قُضِيَ الْاَ مْرُ اِنَّ اللّٰهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَـقِّ وَوَعَدْتُّكُمْ فَاَ خْلَفْتُكُمْ ۗ وَمَا كَا نَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِّنْ سُلْطٰنٍ اِلَّاۤ اَنْ دَعَوْتُكُمْ فَا سْتَجَبْتُمْ لِيْ ۚ فَلَا تَلُوْمُوْنِيْ وَلُوْمُوْۤا اَنْفُسَكُمْ ۗ مَاۤ اَنَاۡ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَاۤ اَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۗ اِنِّيْ كَفَرْتُ بِمَاۤ اَشْرَكْتُمُوْنِ مِنْ قَبْلُ ۗ اِنَّ الظّٰلِمِيْنَ لَهُمْ عَذَا بٌ اَ لِيْمٌ. (٢٢)
“Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu menyekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih.”
(QS. Ibrahim 14: Ayat 22)
          Allah ﷻ memberitakan tentang apa yang dikatakan Iblis kepada pengikut-pengikutnya pada hari Kiamat setelah memutuskan perkara di antara para hamba-hambaNya bahwa setan berkata, “Aku tidak mempunyai landasan dan argumen sedikit pun terhadap apa yang telah aku ajak kalian kepadanya, melainkan hanya sebatas ajakan kepada apa yang kuinginkan dan kuhiasi untuk kalian, lalu kalian menyambut ajakanku karena menuruti hawa nafsu dan syahwat kalian. Padahal sungguh telah datang kepada kalian rasul-rasul dengan membawa argumen-argumen dan dalil-dalil yang shahih yang membenarkan mereka, namun kalian tetap pada pendirian kalian, karenanya janganlah kalian mencelaku tapi celalah diri kalian sendiri sebab dosa itu adalah dosa kalian, karena telah menyelisihi argumen-argumen tersebut dan mengikutiku hanya karena ajakan kepada kebatilan. Maka tidaklah mungkin aku dapat menyelamatkan dan membantu kalian untuk lepas dari kesulitan yang menimpa kalian, sebagaimana kalian tidak mungkin. dapat menyelamatkan dan membantuku dari apa yang menimpaku, dan pada hari ini aku berlepas diri dari menjadi sekutu bagi Allah ﷻ dalam hal penyembahan.”
2. MEMBUAT ORANG MUKMIN BERSEDIH
          Kesedihan dan ketakutan orang mukmin serta keguncangan jiwanya merupakan salah satu tujuan dari sekian banyak tujuan setan, agar ia berburuk sangka terhadap manusia dan ragu kepada mereka serta kepada perilakunya. Salah satu triknya adalah berbisik-bisik, yaitu bisikan yang berlangsung antara dua orang atau lebih, yang menyebabkan seorang mukmin terkena gosip miring (prasangka buruk). Allah ﷻ berfirman:
اِنَّمَا النَّجْوٰى مِنَ الشَّيْطٰنِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَيْسَ بِضَآ رِّهِمْ شَيْئًـا اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ. (١٠)
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati, sedang (pembicaraan) itu tidaklah memberi bencana sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah ﷻ. Dan kepada Allah ﷻ hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.”
(QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 10)
          Berbisik-bisik ini adalah termasuk dari perbuatan setan. Setan menghiasi dan memperindah perbuatan buruk ini di mata para pem bisik. Bisikan bisa berasal dari orang-orang munafik sehingga menimbulkan dugaan bahwa para pejuang mendapat kekalahan atau untuk menipu Islam dan para pemeluknya. Tujuan setan adalah membuat orang-orang mukmin bersedih dan mengguncang jiwa mereka. Karena itu terdapat larangan tentang perbuatan bisik-bisik karena hal itu dapat menyakiti seorang mukmin.¹
          Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim Nabi ﷺ bersabda:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ ح و حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةٌ فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِثِ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Isma’il dia berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Nafi’ dari Abdullah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila kalian bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik dengan membiarkan yang ketiganya.” ( HR. Bukhari Hadits No. 5814, HR. Ahmad Hadits No. 3961,4175, HR. Muslim Hadits No. 4052, HR. Tirmidzi Hadits No. 2751, HR. Ibnu Majah Hadits No. 3765 )
          Setan selalu memperhatikan pembicaraan rahasia (bisik-bisik)) untuk menimbulkan kesusahan dan kesedihan dalam diri orang-orang mukmin. Namun itu tidaklah hal itu dapat membahayakan mereka kecuali atas kehendak Allah. Maka hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Rabb mereka, berpegang teguh dan bersandar kepada-Nya. Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Dialah yang mencukupinya.
3. MENEBARKAN PERMUSUHAN DAN KEBENCIAN DI ANTARA ORANG-ORANG MUKMIN
Permusuhan dan kebencian apabila terjadi di antara orang-orang mukmin, runtuhlah kekuatan mereka, bercerai – berailah persatuan mereka dan lemah pulalah keimanan mereka. Karena mereka sibuk dengan diri mereka sendiri dan tidak mampu menghadapi musuh yang senantiasa mencari kesempatan untuk menghancurkan mereka. Karena hasil seperti inilah, setan selalu berupaya menebarkan bibit permusuhan dan kebencian di antara kaum mukminin dan menjadikan segala sarana yang dapat menyampaikan mereka kepada upaya ini. Di antaranya, melalui minuman keras dan perjudian, keduanya adalah. penyebab adanya permusuhan dan kebencian antara kaum mukmin. Allah ﷻ berfirman:
اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَا لْبَغْضَآءَ فِى الْخَمْرِ وَا لْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ ۚ فَهَلْ اَنْـتُمْ مُّنْتَهُوْنَ. (٩١)
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permu suhan dan kebencian di antara kamu dan berjudi itu, dan meng. halangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 91).
          Jadi setan selalu berupaya untuk menceraiberaikan persatuan dan memperlemah kekuatan, sehingga orang mukmin tidak lagi memiliki sandaran, bahkan menjadi kelompok-kelompok dan golongan-golongan yang masing-masing bangga dengan apa yang dimiliki. Karenanya Nabi ﷺ bersabda:
حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ قَدْ يَئِسَ الشَّيْطَانُ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُسْلِمُونَ وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ.
“Telah bercerita kepada kami Rauh, telah bercerita kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku Abu Az-Zubair, telah mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Setan telah berputus asa dari harapan untuk disembah orang-orang muslim tapi dia mengodanya untuk mengadu domba di antara mereka.” ( HR. Ahmad Hadits No. 14586, 16517)
          Ketika setan telah putus asa atas kekufuran mereka, ia pun ber pindah kepada bagaimana melemahkan iman mereka sehingga me reka sibuk dengan berbagai permusuhan dan fitnah tersebut dari ibadah kepada Rabb, yang merupakan hikmah penciptaan mereka. Karenanya Nabi pernah menerangkan keutamaan beribadah pada waktu terjadinya fitnah seraya berkata:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ مُعَلَّى بْنِ زِيَادٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ الْمُعَلَّى بْنِ زِيَادٍ رَدَّهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ رَدَّهُ إِلَى مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَدَّهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ وحَدَّثَنِيهِ أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ.
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Mu’alla bin Ziyad dari Mu’awiyah bin Qurrah dari Ma’qal bin Yasar bahwa Rasulullah ﷺ. Telah menceritakannya kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Al Mu’alla bin Ziyad ia mengembalikannya ke Mu’awiyah bin Qurrah ia mengembalikannya ke Ma’qal bin Yasar ia mengembalikannya ke Nabi ﷺ bersabda, “Ibadah saat terjadi pembunuhan seperti hijrah menujuku.” Telah menceritakannya kepadaku Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami Hammad dengan sanad ini dengan matan serupa.”( HR. Muslim Hadits No. 5254, HR. Ahmad Hadits No. 19413, HR. Ibnu Majah Hadits No. 3975)
          An-Nawawi berkata, “Maksud haraj di sini adalah huru-hara dan kacaunya urusan manusia. Adapun sebab besarnya keutamaan ibadah pada waktu itu, karena manusia lalai dan tidak ada yang menekuninya kecuali hanya beberapa orang.
          Inilah bukti bahwa setan selalu berupaya untuk menanamkan rasa permusuhan dan kebencian di antara manusia dan menimbulkan fitnah di antara mereka. Oleh karena itu Allah ﷻ mencela perpecahan dan pertentangan sebagaimana Allah ﷻ berfirman :
اِنَّ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَا نُوْا شِيَـعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِيْ شَيْءٍ ۗ اِنَّمَاۤ اَمْرُهُمْ اِلَى اللّٰهِ ثُمَّ يُنَـبِّـئُـهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَفْعَلُوْنَ. (١٥٩)
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.”
(QS. Al-An’am 6: Ayat 159)
Ketika perpecahan, pertentangan dan akibat yang ditimbulkannya seperti permusuhan dan kebencian adalah sesuatu yang dibenci di sisi Allah ﷻ, justru itulah hal yang disenangi oleh setan dan anak keturunannya, yang paling la cintai adalah siapa yang dapat memisahkan antara suami dengan istrinya. Sebagaimana diriwayatkan bahwa siapa yang memberitahukan kepada Iblis bahwa ia telah berhasil melakukan misi tersebut, maka Iblis memuliakannya dan memujinya “Hebat kamu”.
4. MENGHALANGI DARI MENGINGAT ALLAH DAN MELAKSANAKAN SHALAT
          Setan sangat antusias untuk menghalangi kaum muslimin dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, karena keduanya dapat memperkuat keimanan. Dan tatkala dia tahu bahwa minuman keras dan judi adalah penyebab terhalangnya seseorang dari mengingat Allah ﷻ dan melaksanakan shalat, maka setan pun memperindah keduanya di mata kaum muslimin. Allah ﷻ berfirman:
اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَا لْبَغْضَآءَ فِى الْخَمْرِ وَا لْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ ۚ فَهَلْ اَنْـتُمْ مُّنْتَهُوْنَ.(٩١)
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) kha mer (minuman keras) dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 91)
          Muhammad Rasyid Ridha mengatakan, “Adapun pengaruh dari Khamar (minuman keras) dan judi dapat menghalangi kaum musli min dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat yang keduanya merupakan mafsadat (kerusakan)nya dalam agama, maka hal itu jauh lebih nyata dibanding dengan pengaruh keduanya dalam menim bulkan kebencian dan permusuhan yang keduanya merupakan maf sadat (kerusakan)nya secara sosial. Karena setiap kali mabuk yang disebabkan oleh minuman keras dan setiap kali bermain judi akan mengalihkan pelakunya dari mengingat Allah ﷻ yang merupakan ruh atau inti dari agama ini dan dari melaksanakan shalat yang merupakan tiang penyangganya. Karena ketika sedang mabuk, tidak ada lagi akal yang dapat digunakan untuk mengingat Allah ﷻ membaca ayat-ayat Allah ﷻ, atau memuji-Nya dengan keagungan Asma dan keluhuran sifat yang dimiliki-Nya, bahkan untuk melaksanakan shalat yang intinya mengingat Allah ﷻ sekalipun, dan tambahan-tambahan amal ibadah yang dilaksanakan sesuai dengan aturannya, serta dengan maksud dan tujuan. Seandainya seorang dalam keadaan mabuk dapat mengingat Tuhannya dan dia berusaha untuk melaksanakan shalat, maka tidak sah shalatnya itu.
          Sedangkan penjudi akan mengerahkan seluruh kekuatan pikirannya untuk berkonsentrasi penuh kepada permainan yang sedang dilakukannya dengan penuh harap dia akan beruntung dan sangat takut kalau dia kalah. Sehingga tidak tersisa lagi dalam dirinya celah untuk mengingat Allah ﷻ atau mengingat waktu-waktu shalat dan kewajiban lain yang harus dia kerjakan. Barangkali tidak ada satu pun aktivitas yang dapat menyedot seluruh konsentrasi hati dan pikiran pelakunya serta mengekang keinginannya di dalamnya dengan mengabaikan urusan lainnya selain judi.
          Bahkan, seandainya ketika berjudi terjadi peristiwa kebakaran di rumahnya dan mencederai istri dan anaknya, mereka berteriak histris dan meminta pertolongan sekalipun, dia tidak akan mendengar jeritan dan teriakan minta tolong dari keluarganya tersebut. Sebaliknya dia akan terus asyik bermain judi dan menyerahkan urusan kebakaran kepada petugas pemadam kebakaran serta urusan keluarganya kepada para sukarelawan yang membantu maupun para petugas medis. Dan orang-orang masih terus perbincangkan kejadian-kejadian ganjil yang menimpa para penjudi, dulu maupun sekarang.
          Kalaupun seorang penjudi itu teringat akan shalat atau ada yang mengingatkan dia untuk itu, lalu dia tinggalkan permainan untuk melaksanakan shalat, maka shalat yang dia lakukan itu tak lebih dari sekedar gerakan-gerakan tubuh tanpa disertai sedikit pun penghayatan dan kekhusyukan, apalagi jika dalam dirinya ada keinginan kuat untuk kembali melanjutkan permainan yang tertunda tadi.²
Diriwayatkan Oleh :
1. Lihat Tafsir Ath-Thabari 28/15-16, Tafsir Al-Qurthubi 17/295, dan Ibnu Katsir 4/325
2. Tafsir Al Manar (tafsir Al Qur’an Al Hakim), surat Al Maidah, Syekh Muhammad Rasyid Ridha, Terbitan Al Hai’ah Al Misriyyah lil kutub, Mesir, Tahun 1990.

Kembali ke Halaman Utama (Beranda)

error: Content is protected !! Sorry nih, Gak bisa di copas